Jumat, 16 Mei 2014

Rasio Solvabilitas, Rasio Profitabilitas dan Rasio Pasar

Rasio Solvabilitas, Rasio Profitabilitas dan Rasio Pasar
A.     RASIO SOLVABILITAS
Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila sekiranya perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).

Suatu perusahaan yang solvable berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutanghutang nya begitu pula sebaliknya perusahaan yang tidak mempunyai kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya disebut perusahaan yang insolvable.

Jenis-jenis Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas antara lain :
1.      Debt to Asset Ratio
Rasio Debt to Equity Ratio atau Debt Ratio, merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Caranya adalah dengan membandingkan total utang dengan total aktiva.
Rasio dihitung dengan formula:
Debt Ratio = Total Debt / Total Assets
2.      Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio, merupakan rasio yag digunakan untuk meniilai hutag dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam dengan pemilik perusahaan. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara total hutang (hutang lancar dan hutang jangka panjang) dan modal yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal yang ada
 Debt to Equity Ratio = Total Debt / Equity




3.      Times Interest Earned
Time interest earned merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga (J. Fred Weston). Rasio ini diartikan juga kemampuan perusahaan untuk membayar biaya bunga.  Rasio ini merupakan perbandinganantara laba bersih sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga dan merupakan rasio yang mencerminkan besarnya jaminan keuangan untuk membayar bunga utang jangka panjang.

Time Interest Earned dapat dihitung dengan rumus:
Times Interest Earned = EBIT / Biaya Bunga
4.      Long term Debt to Equity Ratio ( LTDtER)
Long term Debt to Equity Ratio, merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian  dari setiap ruiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan.
Long term Debt to Equity Ratio dapat dihitung dengan rumus:
LTDtER = Long Term Debt / Equity
5.      Fixed Charge Coverage  (FCC) atau lingkup biaya tetap merupakan rasio yang menyerpai rasio Times Interest Earned, apabila perusahaan memperoleh jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan  kontrak sewa (lease contract). Biaya tetap merupakan biaya bunga ditambah biaya ewa tahunan atau jangka pnjang.
Fixed Charge Coverage dapat dihitung dengan rumus         :
FCC = (EBT+Biaya Bunga+ kewajban sewa)/ (Biaya Bunga + Kewajiban Sewa)


B.      RASIO PROFITABILITAS
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam Amenghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini disebut juga rasio rentabilitas.
Jenis-jenis Rasio Profitabilitas
Rasio yang termasuk rasio profitabilitas antara lain:
1.      Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)
Gtoss Profit Margin,adalah rasio yang mengukur laba kotor yang dihasilkan dari setiap rupiah penjualan. Gross Profit Margin yang rendah dari rata-rata industri menunjukan bahwa harga jual perusahaan relatif lebih rendah atau harga pokok penjualan yang relatif tinggi atau keduannya.
Gross profit margin dihitung dengan formula:
Gross Profit Margin = (Penjualan - HPP) / Penjualan



2.      Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)
Net Profit Margin adalah rasio yang mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi Net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan.

Net profit margin dihitung dengan rumus:

Net Profit Margin = EAT / Penjualan
3.      Return on Investment
Return on Investmen (ROI) atau Return on Total Asset, adalah rasio yang mengukur tingkat keuntungan yang dihasilkan dari investasi total
Return on Investment dihitung dengan rumus:
ROI = EAT / Total Assets


Atau dapat juga dihitung dengan: ROI = Net profit margin x Assets turn over
4.      Return on Net Worth
Return on Net Worth, adalah rasio antara laba setelah pajak dengan  net worth atau modal sendiri, yang menunjukan besarnya labayang tersedia bagi pemegang saham.

Return on Net Worth  dapat dihitung dengan formula:

 Return on Net Worth= EAT/ Equity
C.      RASIO PASAR
Rasio ini merupakan indikator untuk mengukur mahal murahnya suatu saham, digunakan untuk membantu investor dalam mencari saham yang memiliki potensi keuntungan dividen yang besar sebelum melakukan penanaman modal berupa saham. Namun rasio pasar tidak mempunyai ukuran yang menunjukan tingkat efesiensi rasio serta tidak dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan jika dilihat berdasarkan harga saham maupun jika dipergunakan oleh pihak manajemen perusahaan.
Rasio pasar mengukur harga pasar saham perusahaan relatif terhadap nilai bukunya. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasarkan pada sudut pandang investor ataupun calon investor, meskipun pihak manajemen, juga berkepentingan dalam rasio ini.
Jenis- jenis Rasio Pasar :
Rasio yang termasuk ratio pasar adalah:
1.      Rasio Pendapatan Per Lembar Saham (Earning Per Share)
EPS menunjukan jumlah uang yang dihasilkan (return) dari setiap lembar saham. Semakin besar nilai EPS semakin besar keuntungan yang diterima pemegang saham.
Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan harapan akan memperoleh dividen atau capital gain. Laba biasanya menjadi dasar penentuan pembayaran dividen dan kenaikan harga saham di masa mendatang. EPS hanya dihitung untuk saham biasa.
 EPS = (Laba bersih bagi pemegamg saham biasa/jumlah saham beredar)x 100% 

2.      Rasio Harga Laba (Price Earning Ratio)
Price Earning Ratio (PER) menunjukan berapa banyak investor bersedia membayar untuk tiap rupiah dari laba yang dilaporkan.
Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi, biasanya memiliki PER yang tinggi. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung memiliki PER yang rendah.
PER = (Harga pasar per lembar saham/ pendapatan per lembar saham) x 100%

3.      Rasio Pasar Per Buku (Price To Book Value Ratio)
Rasio ini menunjukan berapa besar nilai perusahaan dari apa yang telah atau sedang ditanamkan oleh pemilik perusahaan, semakin tinggi rasio ini, semakin besar tambahan kekayaan (wealth) yang dinikmati oleh pemilik perusahaan.
 PBV = (Harga pasar per saham/nilai buku per saham) x 100% 

4.      Rasio Pendapatan Dividen (Dividend Yield Ratio)
Dividen yield merupakan sebagian dari total return yang akan diperoleh investor. Biasanya perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai dividend yield yang rendah, karena dividen sebagian besar akan diinvestasikan kembali. Kemudian karena perusahaan dengan prospek yang tinggi akan mempunyai harga pasar saham yang tinggi, yang berarti pembaginya tinggi, maka dividend yield untuk perusahaan semacam ini akan cenderung lebih rendah.

DV = (Dividen per lembar saham/ harga per lembar saham) x 100%

5.      Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio)
Rasio ini melihat bagian pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor sedangkan bagian lain yang tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke perusahaan.
Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah. Sebaliknya perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai raio yang tinggi. Pembayaran dividen juga merupakan kebijakan dividen perusahaan. Semakin besar rasio ini maka semakin lambat atau kecil pertumbuhan pendapatan perusahaan.

DPR = (Dividen per lembar saham/ Pendapatan per lembar saham) x 100%





a
Contoh Kasus menghitung rasio Solvabilitas:
PT. ROY AKASE
NERACA
Per Desember 2008
(dalam ribuan rupiah)

PT. ROY AKASE
Laporan Laba Rugi
Per Desember 2008
(dalam ribuan rupiah)

Pos-pos dalam neraca
Tahun 2008
Komponen Laporan L/ R
Tahun 2008
Aktiva lancar

Total Penjualan
10.400
Kas
1.000
Harga Pokok Penjualan
6.000
Giro
160
Laba Kotor
4.400
Surat Berharga
190


Piutang
1.250
Biaya Operasi

Persediaaan
1.500
Biaya Umum dan Adm
500
Total Aktiva Lancar
4.100
Biaya Penjualan
1.100
Aktiva Tetap

Biaya Lainnya
100
Tanah
2.000
Total Biaya Opera
1.700
Mesin
2.500
Laba Kotor Operasi
2.700
Kendaraan
1.000


Akumlasi Penyusutan
(850)
Penyusutan
850
Total Aktiva Tetap
4.650


Aktiva Lainnya

Pendapatan Bersih Oerasi
1.850
Total aktiva lainnya
2.250
Pendapatan Lainnya
1.750
Total aktiva
11.000
EBIT
3.600




Utang Lancar

Biaya Bunga

Utang Bank
250
Bunga Bank
400
Utang Dagang
2.200
Bunga Obligasi
100
Utang Wesel
50
Total Biaya Bunga
500
Utang Lainnya
100


Total Utang Lancar
2.600
EBT
3.100
Utang Jangka Panjang

Pajak 20%
620
Utang Bank 3th
3.000
EAT
2.480
Utang Obligasi
1.400


Utang Hipotek
1.100


Ttl. Utang Jangka Panjang
3.400


Ekuitas



Modal Setor
3.500


Cadangan Laba
1.500


Total Ekuitas
5.000


Total Pasiva
11.000






Rasio Solvabilitas
1.      Debt to Assets Ratio (Debt Ratio)
Debt Ratio            = Total Debt / Total Assets
= 6000 / 11.000
            = 0,54
Rasio ini menunjukan bahwa 54% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang untuk tahun 2007. Artinya bahwa setiap Rp.100,- pendanaan perusahaan, maka Rp 54,- diiayai dengan utang dan Rp 46 disediakan oleh pemegang saham
Jika rata- rata industry 35% maka Debt Ratio perusahaan diatas rata – rata industri shg mempermudah erusahaan untuk memperoleh pinjaman. Sebaliknya jika kondisi dibawah rata-rata industri , akan sulit bagi perusahaan unruk memperoleh pinjaman. Kondisi tsb menunjukan  perusahaan dibiayai hampir sparuhnya utang. Jika perusahaan akan menambah utang perusahaan perlu menambah dahulu ekuitasnya. Secara teoritis perusahaan dilikuidasi masih mampu menutupi utangnya dengan aktiva yg dimiliki
2.      Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio    = Total Debt / Equity
                                    = 6.000 / 5000                        
                                    =  1,20 kali
Rasio ini menunjukan bahwa kreditor menunjukan Rp 120,- untuk setiap Rp 100,- yang disediakan pemegang saham
3.      Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER)
LTDtER            = Long Term Debt / Equity
LTDtER            = 3.400 / 5.000
                         = 0,68 kali
4.      Times Interest Earned
Times Interest Earned            = EBIT/ Biaya Bunga (Interest)                      atau
Times Interest Earned            = (EBT + Biaya Bunga) / Biaya Bunga (Interest)
Times Interest Earned            = 3.600 / 500
                                             = 7,2 kali
Times interest earned tahun 2008 adalah 7,2 kali atau dengan kata lain biaya bunga dapa ditutup 7,2 kali laba sebelum bunga dan pajak.
Apabila rata-rata industri untuk usaha yang sejenis 10 kali, maka rasio untuk 2008 kurang baik. Dinilai kurang baik, karena masih dibawa rata-rata industri 20 kali, hal ini akan menyulitkan perusahaan memperoleh tambahan pinjaman dikemudian hari.
5.      Fixed Charge Coverage (FCC)
FCC      = (EBT+B.Bunga+Kewajiban sewa) / (B.bunga+Kewajiban sewa)
Fcc        = (1.000 + 500 + 60) / (500 + 60)
              = 6,53 kali
Seandinya rata- rata industri adalah 10 kali, maka untuk tahun 2008, hanya 6,53 kali , dan ini dinilai kurang baik karena masih dibawah rata-rata industri dan hal itu akan menyulitkan perusahaan untuk memperoleh pinjaman.


Dartar Pustaka

Kasmir, (2010). “Pengantar Manajemen Keuangan”. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sartono, Agus. (2000). “Ringkasan Teori Manajemen Keuangan Soal dan Penyelesaian”. Edisi 3. Yogyakarta: BPFE